Kesalahan Dasar pada Prioritas Dana Anak Kos

kesalahan dasar pada prioritas dana anak kos


Kita tahu, kiriman bulanan dari orangtua adalah sumber utama penerimaan anak kos. Kalau- kalau dirasa kurang, sebagian anak kos akan mengusahakan sumber penerimaan lainnya yang memungkinkan seperti freelancer ataupun kerja paruh waktu. Namun kali ini Celoteh Ngoceh akan membahas mengenai penyimpangan dasar yang umum dilakukan anak kos pada prioritas dana yang dikelolanya.



Menukar posisi prioritas keinginan dan kebutuhan

Kalau ditanya, mulut anak kos akan menentang hal ini. Tapi terima tak terima, tindakannya adalah sebaliknya. Pemuda pada umumnya tidak mau dikatakan salah, saya mengakui. Maka dari itu coba refleksi diri mengapa dana yang ditaksir orangtua kita cukup untuk sebulan malah jadi tidak cukup di tangan kita.

Kemungkinan yang terjadi:
  • Dibutakan iklan produk online.
Selamat kepada para pengusaha dagang, tindakan anda menjadikan anak muda sebagai target pasar sangat tepat! Gawai dan internetnya sudah menjadi bagian hidup para pemuda. Buka instagram, ada baju kece. Buka line, eh ada sepatu lucu. Buka facebook, temen jualan tas super imut harga kantong. Langsung cek saldo, beli aaah.

  • Ilusi potongan harga
Bagi saya yang pecandu sastra, buku adalah kebutuhan. Berbagai akun distributor dan penerbit saya ikuti. “Diskon Spesial Valentine”, “Diskon Cuci Gudang”, “Big Sales Import Book”, “Paket Ebook ekonomis”, adalah kalimat yang pantang dilihat. Dulu, kalau melihat pernyaataan sugestif demikian, tanpa pikir ulang saya tak ragu langsung meraup buku itu seakan diskon adalah kesempatan yang cuma datang sekali dan akan hilang. Mumpung lagi murah beli aja. Toh besok- besok juga akan dibeli. Kemudian besok- besok ternyata ada diskon lagi lalu terulang di benak Mumpung lagi murah beli aja. Toh besok- besok juga akan dibeli lagi dan lagi. Barangkali sama halnya dengan anda yang menyukai seni berbusana pada penjualan busana.

Di satu titik, beruntungnya mata saya terbuka. Yakinlah, diskon selalu ada dan anda tidak akan ketinggalan oleh karena diskon konyol itu. Kini buku saya bertumpuk- tumpuk antri untuk dibaca. Saya berhenti menghabiskan uang saya dan menghabiskan bacaan yang saya punya dulu. Realistis, Belilah saat butuh bukan saat diskon.

  • Seru dengan kegiatan kampus.
Seru kuliah atau seru organisasi. Ketika sudah seru, secara tidak sadar kebutuhan akan bertukar posisi menjadi keinginan. Makan bila ingin, minum bila ingin, mandi bila ingin. Stop, itu adalah keharusan bukan keinginan! Yang terjadi adalah anda memberi kesempatan penyakit datang, yang kelak justru akan merenggut keseruan anda itu.

  • Terlalu bersemangat mewujudkan wishing list
Setiap pemuda maupun orang dewasa yang mengelola keuangannya sendiri pasti memiliki wishing list-nya masing- masing. Jangan terburu- buru. Saya sarankan penuhi wishing list sebanyak- banyaknya 2 buah sebulan. Contohnya pada Januari 2017 wishing list saya yang tercatat adalah Ponsel baru, jam tangan, dompet, dan gitar. Syukur ada rezeki, ponsel baru sudah di-crosscheck. Uang masih tersisa untuk membeli jam tangan, namun akan mengurangi anggaran makan saya bila dipenuhi di bulan itu juga. Kebetulan pada katalog ada jam tangan yang sesuai selera. Tahan diri, belilah di bulan selanjutnya, di penerimaan bulanan selanjutnya! Lebih baik surplus di akhir bulan sebagai dana darurat dalam tabungan untuk keperluan bulan selanjutnya, daripada selalu imbang apalagi defisit di akhir bulan.

Kebutuhan (seperti makanan) bukanlah alternatif biaya peluang yang bisa dikorbankan. Korbankanlah wishing list yang masih bisa dipenuhi, bukan makanan yang statusnya terus harus dipenuhi.



Kekenyangan di Tanggal Muda, Kelaparan di Tanggal Tua.

Yang dibutuhkan perut adalah 4 sehat 5 sempurna, cukup. Ratakan anggaran untuk konsumsi makanan wajib sepanjang bulan. Saran terbaik untuk menyelamatkan anda yang tidak begitu pandai mengendalikan diri adalah pesan makan rantangan. Rantangan menggunakan sistem bayar di muka. Maka ketika uang anda benar- benar habis, tidak mengganggu ketersediaan makanan anda hingga akhir bulan.
Saya orangnya bosenan sama masakan yang dibuat oleh sepasang tangan yang sama secara terus- menerus. Saya tidak memilih rantangan, melainkan menggunakan sistem makan terbang, membeli lauk di rumah makan yang tidak tetap, fleksibel –menggunakan berbagai alternative karbohidrat seperti lontong, roti, jagung, atau kentang (tidak melulu nasi saat bosan). Beruntungnya, self-control saya tidak terlalu buruk. Tapi ketika ada kebutuhan tak terduga dan uang benar- benar sudah habis, saya benar- benar.. katakanlah terlunta.

Solusinya: Tetap pesan rantangan dengan sistem kartu –membubuhkan paraf pada kartu setiap pengambilan. Ada rumah makan yang menyediakan makan rantangan sekian kali pengambilan sekian ribu rupiah. Bila tak diambil tidak akan hangus, namun selalu tersedia. Ketika bosan, anda bisa tetap membeli makanan lain.



Menyusun prioritas dana yang tepat bertujuan untuk membatasi agar tetap terarah dan tidak melewati garis defisit. Saya sendiri mengaggapnya sebagai strategi bertahan hidup. Hal ini bukan berarti mengekang dan menyiksa anda dari kehidupan anda. Keinginan juga harus dipenuhi setiap bulannyahanya saja prioritasnya tidak melebihi kebutuhan itu sendiri.







Post a Comment

0 Comments