Berseru dalam Hening

Foto oleh Lukas dari Pexels

Berjuta- juta manusia, ada berjuta- juta ide dan masalah di setiap kepala. Itu miliknya seorang sampai ia mengungkapkannya dan masuk ke dalam kepala yang lain. Ini bukan lagi jamannya menahan ide, membendung informasi, tak berinteraksi. Sebuah pemikiran memiliki nafas hanya jika diketahui oleh orang lain di luar dirinya. Maka, jika sebuah ide terlupakan oleh sebuah kepala, hilang bersama nyawa, ataupun enyah bersama kewarasan, ia sesungguhnya belum musnah, mungkin masih ada di kepala yang lain, belum kunjung mati. 


Ada begitu banyak informasi di dalam setiap pembicaraan maupun tulisan, disalurkan, dan diterima dengan pendengaran dan pembacaan. Derasnya arus informasi ini menunjukkan satu hal – kita berada di era keterbukaan informasi. Situasi ini mungkin membuat Anda berimajinasi betapa bising dan gaduh arus tak kasat mata ini. 

Jangan heran bila tak sedikit khalayak yang tersedak, sesak, bahkan tenggelam dalam arus informasi yang kian tak terkendali kecepatannya. Saking derasnya, tak ayal kita terbutakan oleh pernyataan sugestif yang mengatasnamakan kebenaran. Bahkan seiring bekembangnya kemampuan dalam menyampaikan opini dengan ulung, kemampuan membedakan antara fakta dan opini menjadi semakin tumpul bagi yang lain. 


Bukan hanya itu, alih- alih era keterbukaan informasi merangsang masyarakat untuk terbuka menyatakan pendapat, dengan tidak sadar, malah karakter yang tidak baik yang tumbuh dalam diri kita – egois dan subjektif. Ingin didengar namun enggan mendengar, merasa paling benar dan tak butuh pertimbangan dari pemikiran orang lain, mudah menilai dan melabel orang lain, dan tak sulit percaya pada prasangka dan kabar angin adalah karakter yang tak boleh dibiarkan. 

Mungkin Anda bertanya- tanya bagaimana caranya menyebarkan sebuah pemikiran atau pengaruh positif kepada masyarakat yang enggan mendengar dan subjektif. Di kala kita menyampaikan pendapat secara lisan, masyarakat subjektif tidak menjadikan pendapat kita sebagai pertimbangan pertama. Si Pendengar akan mempertimbangkan apa yang terlihat terlebih dahulu; umur, prasangka, bahkan penampilan Si Pembicara sebelum mendengarkan. Bila pada akhirnya Si Pendengar memutuskan untuk tidak menggubris pendapat Si Pembicara, ia cenderung berdiri pada pendapatnya sendiri dan menyangkal segala yang didengarnya. Jadilah pendapat yang mungkin cemerlang itu tersampaikan dengan sia- sia. 

Dengan media tulisan, penyampaian pendapat cenderung lebih efektif. Untuk merespon sebuah pendapat, pembaca harus membaca terlebih dahulu sebuah pendapat itu. Pembaca memahami ide yang dilontarkan Si Penulis terlebih dahulu untuk bisa memberi respon. Tulisan juga termasuk komunikasi 2 arah seperti media lisan bila saling memberi umpan balik seperti ini, namun arus komunikasinya lebih teratur dan rapi. Jika media lisan (berbicara) mungkin untuk disangkal sebelum suatu pendapat rampung disampaikan, media tulisan tampaknya tidak demikian. Terlebih, Si Pembaca tidak dihadapkan pada Si Penulis secara langsung. Dengan tanpa penglihatan, Si Pembaca dapat memandang sebuah tulisan dengan lebih objektif. 

Menulis sebuah pemikiran pada blog sangat efektif mengatasi permasalahan seperti ini. Blog berperan sebagai wadah publik untuk menyebarluaskan pemikirannya secara terbuka kepada massa. Di sini lah ruang berpendapat untuk semua umat, ruang pengabadian berbagai pemikiran dan sudut pandang. 

Kini, blogging bukan sekedar tempat mengekspresikan diri. Lebih dari itu, blogging adalah penuangan segelas ramuan inspirasi. Seorang blogger menerima berbagai tuangan inspirasi dari berbagai sumber, mulai dari pengalaman otentik pribadi sampai empati dari pengalaman orang lain, kekaguman pada objek maupun subjek yang diterima indera, juga berbagai tulisan bahkan blog yang memancing pengembangan ide. Kepala diibaratkan sebagai sebuah kuali yang menampung aneka inspirasi, diramu dalam segelas inspirasi baru, kemudian dituangkan ke dalam blog. Blogging memungkinkan berbagai inspirasi terus mengalir dan bercabang menumbuhkan daun dan buah baru. Blog tidak hanya menjadi output, namun juga menjadi input bagi kuali inspirasi yang lain, yang kemudian dapat dituang kembali dalam bentuk yang lebih kompleks. Semua arus informasi tak kasat mata ini terjadi dalam hening!





Post a Comment

0 Comments