Berjalan diseling lompatan kecil, menyenangkan. Pandangan memanjakan. Sepertinya perjalanan asik juga. Gak ada yang lebih asyik dari keberpihakan dunia. Ini jalan yang tepat.
Tapi ternyata tidak berlaku sampai tamat.
Ada kerikil kecil, tersentak sedikit. Oh, hanya batu kecil
usil.
Lubang. Kaki kanan terjerembab, hampir jatuh. Untung kaki
kiri reflek maju ke depan menahan badan. Aman, berarti harus hati-hati.
Aku waspada dengan yang di kanan, kiri mengkhianati. Ranting
rendah menampar pipi kiri. Ada apa semua ini? Oke, aku harus perhatikan
pandangan dari atas juga.
Ahg! Benang layangan siapa ini terbentang horizontal
tertabrak leherku?! Sial!
Aku yakin ini jalan yang salah.
Semakin salah.
Semakin jalan, semakin tidak enak.
Setiap salah, belajar menerapkan benarnya di langkah
berikutnya. Ternyata benar yang tadi jadi salah sekarang. Ada apa? Oke kalau
bukan cara mainku yang berlaku, aku pelajari cara mainnya.
Tidak mungkin. Tidak ada yang bisa diformulasi. Semuanya
berubah secepat aku menemukan arahnya dan jatuh lagi sebelum mempraktikkannya
dengan sempurna.
Pohon jahat. Kerikil jahat. Jangan percaya burung berkicau.
Kau juga tidak akan tahu apa yang akan dilakukan lalat sesat dan beruang penat.
Sepatu payah. Langit tertawa, tanah tergelak!
Hmpf.
Berhenti dulu. Aku butuh duduk.
Oke.
Mungkin bukan jalannya yang salah.
Apakah aku yang tidak seharusnya berjalan?
Foto oleh Lukas Hartmann dari Pexels |
0 Comments