Dua Ujung Barisan Domino


Pada akhirnya kita senang saat berhasil buat orang yang tersayang senang. Bisa dibayangkan sedih tidak pergi waktu yang tersayang tidak kunjung senang atau bahkan tidak bisa lagi disenangkan.

Sedih itu waktu kamu tahu caranya senang tapi yang tersayang tidak juga mengerti caranya senang sesenang kamu. Sedih itu waktu kamu berusaha menyenangkan mereka tapi kesedihan mereka lebih besar dari kesenangan yang kamu ingin tularkan. Sedih itu waktu senang diabaikan oleh sedih yang lebih besar. Maka senang menyerah dan ikut sedih.

Senang itu tidak pernah sendiri. Saat kesenangan yang dikejar tercapai dan menemukan diri sedang senang sendiri, senang pergi. Namun, saat orang lain senang oleh karena sesuatu yang tidak begitu menyenangkan kita, kita lakukan, sepertinya lebih menyenangkan. Apalagi saat kesenangan kita adalah menyenangkan orang lain, apapun menyenangkan.

Lagi- lagi sedih, waktu kesenangan kira menyenangkan orang lain, apapun yang dilakukan menyenangkan sampai kesenangan yang kita usahakan itu ternyata tidak cukup menyenangkan orang lain. Saat mereka yang sedih tidak tertolong, apapun tidak menyenangkan lagi.

Gara- gara tidak ada cara lagi yang menyenangkan, kita jadi salah satu bagian dari para penyedih. Jadi salah satu orang yang jangan- jangan sedang diusahakan orang lainnya lagi agar jangan terus bersedih. Dan lagi, ternyata sedih yang tenggelam dalam kesedihan orang lain bisa- bisa melahirkan sedih si senang yang lain yang bakalan jadi salah satu dari kita lagi. Selamat datang di barisan para penyedih, Sobat! Senang di ujung sana belum mendapat giliran saja diruntuhkan oleh domino kesedihan oleh para yang tersayang.

Eh, tunggu dulu. Ternyata barisan domino di ujung yang lain kesenangan sedang merambat pula!

Senang itu waktu kamu hanya tahu caranya sedih tapi yang tersayang tidak juga mengikuti caranya sedih sesedih kamu. Senang itu waktu kamu menyedihkan untuk mereka tapi kesenangan yang mereka ingin bangun lebih besar dari kesedihan yang kamu ceritakan. Senang itu waktu sedih diabaikan oleh senang yang lebih besar. Maka sedih menyerah dan ikut senang.

Sedih itu selalu sendiri. Saat kesedihan yang mengejar tertinggal dan menemukan diri sedang sedih bersama, sedih pergi. Namun, saat orang lain menjauh oleh karena yang tidak begitu menyedihkan, kamu tidak sengaja ceritakan, sepertinya lebih menyedihkan. Apalagi saat kesedihan kita adalah menyedihkan orang lain, apapun menyedihkan.

Lagi- lagi senang, waktu sedih kira menyedihkan orang lain, apapun yang dilakukan menyedihkan sampai kesedihan yang kita pertahankan itu ternyata tidak cukup menyedihkan orang lain. Saat mereka yang ingin menularkan senang tidak menyerah, apapun tidak menyedihkan lagi.

Gara- gara tidak ada cara lagi yang menyedihkan, kita jadi salah satu bagian dari para penyenang. Jadi salah satu orang yang jangan- jangan bisa disedihkan orang lainnya agar tidak terus menyenangkan. Dan lagi, ternyata senang yang berenang dalam kesenangan orang lain bisa- bisa melahirkan senang si sedih yang lain yang bakalan jadi salah satu dari kita lagi. Selamat datang di barisan para penyenang, Sobat! Sedih di ujung sana belum mendapat giliran saja diruntuhkan oleh domino kesenangan oleh para yang tersayang.

Pada akhirnya kita sedih saat ikut orang yang tersayang sedih. Bisa dibayangkan senang tidak pergi waktu yang tersayang tidak kunjung sedih atau bahkan tidak bisa lagi disedihkan.




Sumber gambar: davies-group.com




Post a Comment

0 Comments