Tentang Kehilangan

Hasil pertama usahaku sendiri raup dirampok orang di perjalanan pulang, yang rencananya aku akan menceritakannya bangga kepada orangtuaku.

Benji telah tak bernyawa dalam kubur. Tidak ada lagi ekor yang melambai ceria dan lompatan kaki depan anjing kampung berbulu hitam putih menyambutku di gerbang rumah.

Cita- citaku melanjutkan cerita hidup di Kota Istimewa hangus karena tragedi picisan wong cilik di negara berkembang. Perlakuan tidak dianggapnya suara seorang gadis yang sendiri tanpa wali menghadap Biro Rektor. Kantong yang tak berdaya terhadap mahalnya pendidikan.

Seorang sahabat yang tidak mampu menguasai hatinya terhadapku menyerah dan pergi bersama seorang sahabat lainnya pula. Hubungan yang terbangun tinggi hampir sampai atap, runtuh rata tak bersisa.

Seiring keberhasilan saudara laki-lakiku, sosok anak tertua yang adik perempuannya butuhkan ikut memudar terbang ke awan. Kami pernah dan masih ingin kembali terhitung dalam deretan tujuan hidupnya.

Sahabat- sahabatku yang kehilangan orang yang mereka sayangi membuatku ikut kehilangan yang hilang dari mereka oleh karena hilangnya orang yang mereka sayangi ini. 


Hilang berarti yang ada tidak lagi ada.

Hilang berarti keadaan yang harusnya begini tidak begini lagi.

Hilang berarti sesuatu atau seseorang yang seharusnya di sana tidak di sana lagi.

Hilang berarti seseorang yang harusnya melakukan itu tidak melakukan itu lagi.

Hilang berarti yang seharusnya akan terjadi tak akan lagi pernah terjadi.

Hilang berarti yang telah terjadi akan menjadi pernah terjadi.


Kita selalu tahu tidak ada yang abadi. Kita sudah tahu tidak ada yang benar- benar kita miliki. Kita diberi tahu bahwa semua akan hilang pada waktunya. Bahkan waktu yang membuat segalanya hilang, juga akan menghilang ketika giliran diri kita yang hilang bagi orang lain. Kita tahu tapi kita tidak pernah siap.

Lucunya ketidakabadian itu kok abadi.

Lucunya ketidakmilikan itu kok kita miliki.

Lucunya kehilangan itu tidak pernah hilang.

Nah, semua lucunya ini diperoleh hanya ketika kita mengalami hilang, kita yang jadinya punya lucu- lucu yang telah kusebutkan itu.

Loh, kok benar? Tuh, kan, jadinya ini semua tidak lagi lucu. Lucunya ikut hilang. Kemudian karena lucu hilang ia jadi lucu lagi. Sungguh Lucu. Tidak Lucu. Lucu.  



Seperti lagu sederhana ciptaan Rebecca Sugar berjudul Time Adventure, yang akan terjadi akan terjadi dan pernah terjadi. Kita selalu ingin semuanya terus berlangsung dan menyesali ketika itu berlalu disamping dimensi waktu yang memastikan semuanya pasti berlalu. Kita ingin yang kita inginkan itu abadi di tengah keyakinan kita bahwa tidak ada yang abadi. Jadi sebetulnya apa yang kita inginkan?

Klimaks menuliskan ini pun aku dapat dari sebuah karya yang berjudul Man Upon The Hill oleh band Stars and Rabbit. Sebuah interpretasi bagaimana sebuah perjalanan naik-turunnya perasaan yang sedang memperjuangkan sesuatu agar tetap berlangsung, 

We drove in the wind
Opened the window
Waved to nothing
Just to keep us awake
We drove under the heavy rain
Soaking wet yes
We laughed at it yet
And tell me more of your constellation arms

bagaimana seseorang berperang dalam upaya dan perasaannya ketika yang ia sayangi seharusnya pergi pada saat itu juga, 

And we danced in the room
Grew our heart a bloom
I stopped right there
You've found a new home
And I should be happy

bagaimana mereka yang tidak ingin hilang, berebut seseorang yang mereka sayangi itu dari kehendak Pencipta yang menginginkan seseorang yang mereka sayangi itu kembali ke sisi-Nya yang hingga akhirnya tidak terbendung lagi. Namun menang.

Kenyataannya, kehilangan justru yang membuat semakin memperoleh. Sesuatu yang berkurang membuat sesuatu yang lain bertambah pula. Tulisan ini bukan tentang aku, melainkan tentang mereka yang kehilangan namun tetap berdiri tegak, tentang mereka yang mempunyai kemampuan menolak gelombang semesta yang mengharuskan mereka tenggelam, mereka yang berani terbang melawan tarikan bumi, mereka yang berani terang melawan badai gelap, mereka yang tidak terhempas oleh ombak kuat.

Hal ini memang tidak pernah sederhana dan sulit dimengerti.
Tapi aku berharap engkau menari dalam air mata. Ketika engkau berkurang, bertambahlah hingga penuh. Jangan lupa bagikan dan tambahkan kepada yang lain yang butuh untuk ditambahi. Sehingga mereka ikut bertambah tanpa harus ikut berkurang. Karena aku percaya bahwa aku dikurangi untuk ditambahi dan akhirnya mampu menambahi.


Aku hilang maka aku ada.








Post a Comment

0 Comments