pemalas/pe·ma·las/ n (orang) yang suka malas; yang bersifat malas
para pemalas rata- rata
itu sombong. Kenapa? Karena para pemalas merasa dirinya tidak menyerupai sifat
orang lain pada umumnya –berani tampil beda; karena menjadi seorang pemalas
berarti berani menanggung risiko yang harus dibayar dari setiap kemalasannya.
Bisa aku yakinkan bahwa rata- rata pemalas itu sadar betul bahwa dirinya
adalah seorang yang pemalas, yaitu memiliki sifat yang tidak disukai orang lain
pada umumnya. Bisa dibilang sosok ini agaknya menyimpang.
Tanpa berajin- rajin
mendeskripsikannya, izinkan aku menyebutkan karakteristik pemalas:
Lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas
Demi menghemat
tenaga dan pikiran sebisa mungkin, pemalas mengerjakan suatu pekerjaan dengan
sangat efektif demi tercapainya tujuan. Tugas sekolah diberi tenggang waktu 1
minggu, ia memaksimalkan 2 jam terakhirnya saja. Selesai.
Perancang yang handal
Dia
benar- benar menghargai waktunya. Adalah hal yang sangat pantang ketika
waktunya terbuang sia- sia, maka dia merancang rundown hariannya sedemikian
rupa, seefektif mungkin. Terkadang rancangan ini yang membuatnya terlalu
ambisius.
Pengambil risiko
Hidup seperti
Lary –ekstrim. Yang lain suka bertaruh uang? Pemalas suka bertaruh waktu. Dia adalah
perancang yang handal. Dia tidak suka menunggu. Bahkan si pemalas lebih memilih
mengorbankan waktu cadangan daripada disuruh menunggu. Ini sangat berbahaya.
Orientasi solusi
Ketika ada
suatu masalah yang diperhadapkan, ia lebih suka berorientasi pada solusi
ketimbang pada masalah itu sendiri. Ia sekalipun tak sudi merugi atau memboroskan
waktunya. Ketika sebuah kesalahan terjadi, ia segera mengambil tindakan atau
pikiran untuk memperbaiki atau mengembalikan keadaan. Nah, inilah yang sering
orang lain tidak terima. Ketika orang di luar diri si pemalas melihat perilaku sigap
ini, mereka berpikir si malas menindaklanjuti kesalahan dengan cara “segampang
itu”, padahal aku percaya bahwa pemalas sangat bertanggung jawab dan
menyesalinya. Itu mengapa mereka langsung memperbaikinya daripada kelamaan “mengolah
data” bahkan “mengembangkan data yang tak perlu” alias overthinking.
Tapi di
lain sisi aku juga mengerti, orang lain ini mencemaskan terjadinya kesalahan
berulang. Orang lain tidak menyukai sikapnya karena mereka peduli pada Si Malas. Mereka berpikir jika Si Malas menganggap suatu masalah “segampang”
itu, maka dia bisa jadi tidak mempermasalahkan masalah karena mengganggap akan “segampang
itu kok”.
Moody
Sangat bergantung
pada mood. Mood adalah kelemahan sekaligus kekuatan terbesar para pemalas. Mengerjakan
tugas misalnya. Si Malas sama sekali tidak ingin sesuatu yang hasilnya tanggung
atau asal ada. Dia mau yang terbaik, maka dia memupuk mood yang terbaik pula
demi hasil yang juga terbaik. Namun sifat moody menghasilkan sikap penundaan. Sebetulnya
ini adalah penyakit kronis yang mengancam kedamaian dunia.
Sebetulnya para pemalas
ini suka malas karena dia memiliki kemampuan spesial. Ia memiliki anugerah yang
bisa jadi tidak dimiliki orang lain, makanya Si Malas menjadi Sombong dengan
cara bermalas- malasan.
Ketika yang lain tidak
mampu bekerja dengan cepat, mengerjakan tugas 3 hari dengan sungguh- sungguh,
kemudian dibalap oleh Si Malas yang selesai hanya dalam 1 jam dengan pekerjaan
yang sama, apalagi ternyata hasil Si Malas lebih bagus daripada yang
mengerjakan 3 hari itu, kau bisa bayangkan apa yang ada di benaknya.
Tapi, lagi- lagi tapi,
coba bayangkan juga apa yang ada di benak Si Malas ketika ia berhasil
menyelesaikan semuanya dengan baik, namun dicerca. Yakinlah, Si Malas itu telah
bekerja semaksimal mungkin, hanya saja dengan caranya tersendiri, yang
barangkali di luar nalar orang lain. Saya mengerti betul, sebenarnya di balik
perilaku malas ini Si Malas menyadari keburukannya dan sedang berperang melawan
dirinya sendiri. Malas adalah penyakit yang adiktif dan kronis.
Dengan menyampaikan
paparan yang hanya berdasarkan pengalamanku sendiri sebagai pemalas yang sombong, aku teringat pada
dongeng anak- anak, Si Kelinci dan Si Kura- Kura, yang bertanding dalam sebuah
perlombaan lari. Pada akhirnya yang pandai akan
dikalahkan oleh yang rajin.
Nah, jika kamu menyadari orang di
sekitarmu mengidap penyakit malas, tolong bantu dia (aku) bertobat.
0 Comments